Minggu, 13 Juni 2010

7 Masjid “Simply Amazing” di Dunia

7 Masjid “Simply Amazing” di Dunia

Halaman ini menyajikan informasi bangunan masjid yang masih mempertahankan seni dan arsitektur peradaban awal suku bangsa setempat di karenakan memiliki nilai dan sejarah peradaban, dan beberapa bangunan masjid yang akan dibangun pada saat sekarang dengan disain arsitektur peradaban warisan nenek moyang yang salah satu alasannya untuk mengagungkan dan memelihara nilai-nilai seni dan arsitektur peradaban asli suku bangsa, serta masjid yang telah dibangun dengan disain arsitektur moderen dengan melupakan sama sekali sejarah kejayaan peradaban dan seni arsitektur Islam pada masa-masa jayanya, dengan menerapkan konsep dengan pertimbangan serta alasan tertentu.

Seperti kita ketahui, bahwa banyak sekali arsitektur masjid yang masih mempertahankan arsitektur peradaban asli suku bangsa setempat di dunia ini, disebabkan bangunan tersebut telah ada dan dibangun pada zaman awal masuk dan berkembangnya agama Islam, sedangkan halaman ini hanya akan menyajikan informasi 7 buah bangunan masjid saja yang dikategorikan sebagai “7 Simply Amazing Mosques” di dunia versi blog ini.

Selanjutnya untuk mengetahui informasi mengenai 25 Simply Amazing Mosques lainnya di dunia silahkan klik disini !

1. Masjid Agung Djenné, Afrika Barat



Masjid Agung Djenne, pada mulanya masjid ini dibangun sepenuhnya dengan bahan “ferey” atau bata dari bahan tanah yang dikeringkan dengan matahari dan diplaster dengan tanah lumpur, dengan ketebalan dinding antara 41 cm dan 61 cm. Masjid ini dibangun pada abad ke-13 dan direnovasi pada tahun 1834. Masjid yang terlihat pada gambar ini dibangun ulang kembali pada awal abad ke-20 dan selesai sekitar 1909. dengan bantuan dan dukungan Pemerintah Perancis dimana pada pada saat itu Djenné adalah negeri jajahan Perancis di Afrika Barat. Pemerintah Prancis telah memberi bantuan dan dukungan politik serta dana untuk pembangunan kembali Masjid Agung Djenné ini.

Satu-satunya bagian asli bangunan yang masih dipertahankan dari masjid ini adalah ruang dasar (kandang) yaitu tempat kuburan atau makam pemimpin-pemimpin lokal bangsa Djenné.

Masjid Agung ini berlokasi di tepi Sungai Bani Kumba, pada platform atau site yang telah ditinggikan dengan luas permukaan bidang 5625 m², sehingga terlindung dari banjir.

Setiap tahun, masjid Djenné mendapat perawatan atau perbaikan dalam rangka menyambut berbagai perayaan festival rakyat sebagai hiburan yang luarbiasa, serta menyenangkan bagi masyarakat Djenné.

Masjid Agung Djenné adalah salah satu “Situs Warisan Dunia” yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1988″, yang dapat dikunjungi setiap saat, tetapi tidak dibolehkan memasuki bangunan, kecuali anda Muslim. Masjid Agung ini telah ditutup untuk non-Muslim pada tahun 1996, akibat dari kerusuhan dan penembakkan salah seorang official fotografi majalah Vogue Prancis di dalam masjid.

2. Masjid Agung dari Xi’an, Cina



Masjid Agung Xi’an ini adalah masjid pertama di Cina pada masa dinasti Tang, disain masjid dipengaruhi oleh arsitektur bangunan dan rumah ibadah yang lazim pada masa itu, masjid ini dibangun selama 742CE (kekuasaan Kaisar Xuanzong, 685-762).

Kemudian Kaisar Hongwu dari Dinasti Ming merenovasi kembali masjid, yang samasekali tidak pernah menambahkan kubah atau dome dan menara, atau sama sekali tidak merobah arsitektur asli masjid.

Fitur yang penting dalam arsitektur ini adalah penekanan pada “simetris yang kontras” dengan taman di sekitar bangunan

Masjid ini merupakan salah satu contoh dari Sino-arsitektur Islam. di Cina, khususnya masjid yang berada di dekat Drum Tower (Gu Lou) di Huajue Lane dari Xi’an (Sian), provinsi Shaanxi, Cina, dan merupakan salah satu masjid yang paling tua dan paling terkenal di negeri ini.

Masjid ini awalnya merupakan pusat keagamaan (Islam) bagi pedagang Arab dan Persia yang beroperasi di Cina.serta pusat kegiatan hubungan dagang dengan pemerintahan dinasti Tang, Disinilah rute perdagangan Xi’an terhubung ke Timur Tengah dan Eropa, dan China untuk membuka diri dengan dunia Barat.

Pada 754 AD hasil sensus menunjukkan bahwa ada lima ribu orang asing yang tinggal di kota ini yang terdiri dari bangsa Turki, Iran, India, serta bangsa Jepang, Korea dan bangsa berbudaya Melayu dari timur.

Untuk mengetahui dan mempelajari lebih lanjut arsitektur masjid ini, silahkan kunjungi website (atau klik disini).Website ini berisi banyak gambar dan penjelasan rinci dari Masjid Agung Xi’an, serta beberapa sejarah tentang daerah tersebut.

3. Mesjid Agung Samarra, Irak



Masjid Agung di Samarra, Irak ini dibangun pada abad 9, yaitu 848CE, selesai dalam 52 tahun pada masa pemerintahan khalifah Abbasid Al-Mutawakkil (di Samarra) dari 847 sampai 861.

Pada zamannya, masjid ini adalah masjid terbesar di dunia, tinggi menara, yaitu menara yang terkenal disebut menara al-Malwiya adalah 52 meter dengan lebar dasar spiral menara 33 meter, dan dapat menampung delapan puluh ribu orang jemaah. Masjid didinding atau dibatasi dengan dinding batu bata yang mengelilingi sebuah kawasan yang berukuran panjang 240 meter, lebar 158 meter, dan tinggi 10 meter. Dinding ditutupi dengan panel berwarna biru gelap dengan kaca mosaic.

Menara masjid yang berbentuk spiral. Spiral menara masjid ini ini sangat terkenal, dan merupakan fitur-fitur pertama kali yang didaftarkan pada bangunan-bangunan bersejarah “Congregational Mosque” Al-Mutawakkil di Irak, kemudian diikuti oleh 20 bangunan istana lainnya. Hal ini membuktikan bahwa pemimpin atau khalifah di Irak pada masa itu sangat menghargai perkembangan dan kemajuan karya seni arsitektur.

Sayangnya, pada 1 April 2005, bagian atas Malwiya mesjid rusak oleh sebuah bom. dalam peperangan infasi AS ke negara Irak.(seperti gambar puing masjid, disamping) Para pejabat Irak telah menyatakan klaim bahwa tentara AS telah menyebabkan kerusakan yang signifikan pada situs-situs bersejarah di Samarra, termasuk dinding sebuah istana kuno di Irak.

4. Masjid Jami-Ul-Alfar, Kolombo, Sri Lanka



Masjid Jami-Ul-Alfar, adalah salah satu masjid tertua di kota Kolombo dan merupakan ikon pariwisata di ibu kota Srilangka

Ciri khas disain arsitektur Masjid ini adalah ornamen atau dekoratif dinding belang merah dan putih.

Masjid ini berlokasi di perempatan jalan di daerah Pettah Bazaar, dibangun tahun 1909 dengan arsiteknya bernama Saibo Lebbe yang merancang bangunan ini selama satu tahun pada tahun 1908.

Beberapa orang telah mengakui bahwa masjid Jami Ul Alfar adalah salah satu “land mark” atau ikon pawisata kota Kolombo

Selain di kota Kolombo Sri Lanka, arsitektur masjid semacam ini juga terdapat di kota Kualalumpur Malaysia yang bernama Masjid Jamek

5. Masjid Dublin, Irlandia



Masjid Dublin Irlandia ini, merupakan salah satu masjid yang mencerminkan budaya daerah, karena pada semulanya tidak dirancang untuk bangunan masjid. Tetepi dirancang dan dibangun untuk rumah tempat tinggal, kemudian beralih fungsi menjadi masjid sebagai tempat ibadah.

Masjid ini, dibuka pada tahun 1983, oleh sekelompok mahasiswa Islam yang tiba di Dublin pada awal tahun 1950-an dalam rangka belajar di daerah ini. Mereka merupakan Perkumpulan Masyarakat Islam yang pertama pada tahun 1959 di Dublin, dan satu dekade kemudian masyarakat ini mulai menggalang dana untuk membeli sebuah bangunan yang akan dijadikan masjid.

Mereka pertama kali membeli sebuah rumah di Harrington Street, dan kemudian jumlah pendatang Islam bertambah juga maka mereka terpaksa mencari bangunan baru.

Pada tahun 1983 mereka membeli sebuah bangunan, bangunan yang sekarang ini dulunya adalah sebuah rumah di South Circular Road, Dublin 8, yang kemudian difungsikan menjadi masjid serta sebagai pusat “The Islam Foundation” di Irlandia. Saat ini jumlah umat Islam di Irlandia berjumlah lebih kurang 1300 orang.

6. Masjid Assyafaah Singapore



Masjid Assyafaah, Singapura adalah masjid yang dibangun dengan disain arsitektur moderen (The Modern Masjid), masjid ini sekaligus merupakan basis atau kantor Dewan Agama Islam Singapura yaitu Majlis Ulama Islam Singapura (MUIS) yang didisain oleh “Forum Architects Singapura”, sama sekali masjid ini tanpa kubah atau dome.

Masjid ini terletak di sebelah utara pulau Singapura di lingkungan yang penuh dengan bangunan tinggi, Arsitek Tan Kok Hiang dengan konsern mendisain masjid ini dengan konsep “keharmonisan dan toleransi” dalam keberagaman kehidupan sosial berbagai suku bangsa, sehingga diaktualisasikanlah fisik bangunan masjid tanpa memihak kepada arsitektur peradaban salah satu suku bangsa atau etnis manapun.dan bahkan juga pada paradaban agama manapun. Tapi sudahbarang tentu bangunan ini harus mempunyai ciri atau tanda bahwa bangunan tersebut sesungguhnya adalah masjid.

Masjid Assyafaah dibuka pada tahun 2004 dan ini masjid ke lima dibangun pada fase III, program “The Mosque Building Fund” masyarakat muslim Singapura Utara. Masjid dibangun dengan memakai konstruksi kerangka baja dilapisi anti karat serta penutup “colorless polyurethane”. Masjid ini juga sebagai pengganti dua buah masjid tua yang ditutup di daerah Sembawang yang dapat menampung jemaah sebanyak 4000 orang.

7. “Mahligai Minang” Masjid Raya Minangkabau



Pemerintah Propinsi Sumatera Barat ingin mewujudkan land mark selain yang ada di Sumbar yaitu Jam Gadang di Kota Bukittinggi, maka dalam satu-dua tahun ke depan akan ada land mark baru bernama “Mahligai Minang”. Ini adalah hasil karya arsitektur pemenang sayembara yang diikuti 323 arsitek dari sejumlah negara.

Mahligai Minang tidak semata-mata sebuah masjid, tetapi sebuah identitas yang akan menjadi pusat peradaban, di mana salah satu bangunan utamanya adalah bangunan masjid. Di situlah perpaduan antara Islam dan Minangkabau, dengan melengkapi bangunan atau ruangan antara lain; ruangan atau bangunan lembaga pendidikan seperti perpustakaan, tempat rekreasi keluarga sakinah, ruang serba guna yang menampung 3.000 orang yang bisa digunakan untuk seminar, pertunjukan kesenian, dan sebagainya.

Masyarakat Minangkabau yang sebagian besar adalah penduduk wilayah Propinsi Sumatera Barat dalam menjalankan kehidupan sosial budayanya tetap berpegang teguh pada adagium adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah (ABS-SBK). Oleh karena itu sejak dulu sampai sekarang, masjid sebagai representasi kehidupan merupakan salah satu ikon budaya yang penting.

Masjid tidak saja dapat dijadikan ukuran dari keberhasilan masyarakat suatu wilayah/nagari, tetapi sekali gus menjadi sebuah kebanggaan masyarakat di nagari tersebut. Itulah sebabnya sampai sekarang, setiap orang Minangkabau baik yang di kampung maupun yang di rantau selalu bergairah dan berlomba-lomba membangun dan memakmurkan masjid. Dengan demikian, masjid menjadi sentra kegiatan sosial kemasyarakatan. Di dalam adatnya disebutkan, sebagai salah satu syarat bagi sebuah nagari antara lain adalah babalai bamusajik. Adanya balai tempat bermusyawarah ninik mamak dan adanya masjid untuk aktivitas keagamaan dan ilmu pengetahuan.

Masjid merupakan bangunan utama Mahligai Minang mengambil dan mengaktulisasikan kembali seni dan arsitektur bangunan “Minangkabau pada masa peradaban kebudayaan awal” Seperti diketahui dalam sejarah Kerajaan Pagaruyung bahwa ada tiga fase atau gelombang peradaban kebudyaan yaitu : 1). Fase atau gelombang peradaban kebudayaan Pagaruyung yang menganut agama Hindu Budha. 2) Fase atau gelombang peradaban kebudayaan Pagaruyung yang menganut agama Islam. dan 3) Fase atau gelombang peradaban kebudayaan Pagaruyung atau Minangkabau saat ini.

Konstruksi Jembatan Utama Suramadu

Konstruksi Jembatan Utama Suramadu



Konstruksinya terdiri dari pondasi bored pile 2,4 meter dengan panjang sekitar 80 meter, 2 Pylon kembar dengan ketinggian 140 meter dan lantai komposit double plane yang ditopang oleh cable stayed dengan bentang 192 m + 434 m + 192 m. Ketinggian vertical bebas untuk navigasi bentang utama adalah 35 meter.

Detail Segmen Main Bridge




Pembagian Lajur Jalan

Lebar Jembatan = 2 x 15.0 m
Lajur kendaraan = 2 x 2 x 3.50 m
Lajur lambat (darurat) = 2 x 2.75 m
Kelandaian maksimum = 3%

Lajur kendaraan

* Kendaraan roda 4 terdiri dari 4 lajur cepat dan 2 lajur darurat
* Kendaraan roda 2 terdiri dari 2 lajur





Detail Pylon

Konstruksi Pylon bentang utama setinggi 146 meter, dengan menggunakan borepile berdiameter 2,4 meter dengan kedalaman 71 meter, Ketinggian vertikal bebas (untuk navigasi) bentang utama adalah 35 meter dari permukaan laut.

Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Mendesain Kolom Beton Bertulang

Artikel ini membahas hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan ketika mendesain elemen-elemen struktur khususnya struktur gedung.
Untuk bagian yang pertama kali ini, elemen yang dibahas adalah KOLOM.


A. Analisa

1. Jenis taraf penjepitan kolom. Jika menggunakan tumpuan jepit, harus dipastikan pondasinya cukup kuat untuk menahan momen lentur dan menjaga agar tidak terjadi rotasi di ujung bawah kolom.
2. Reduksi Momen Inersia
Untuk pengaruh retak kolom, momen inersia penampang kolom direduksi menjadi 0.7Ig (Ig = momen inersia bersih penampang)

B. Beban Desain (Design Loads)

Yang perlu diperhatikan dalam beban yang digunakan untuk desain kolom beton adalah:

1. Kombinasi Pembebanan.
Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu.
2. Reduksi Beban Hidup Kumulatif.
Khusus untuk kolom (dan juga dinding yang memikul beban aksial), beban hidup boleh direduksi dengan menggunakan faktor reduksi beban hidup kumulatif. Rujukannya adalah Peraturan Pembebanan Indonesia (PBI) untuk Gedung 1983

Tabelnya adalah sebagai berikut:
Jumlah lantai yang dipikul Koefisien reduksi
1 1.0
2 1.0
3 0.9
4 0.8
5 0.7
6 0.6
7 0.5
8 atau lebih 0.4

Contoh cara penggunaan:
Misalnya ada sebuah kolom yang memikul 5 lantai. Masing-masing lantai memberikan reaksi beban hidup pada kolom sebesar 60 kN. Maka beban hidup yang digunakan untuk desain kolom pada masing-masing lantai adalah:
- Lantai 5 : 1.0 x 60 = 60 kN
- Lantai 4 : 1.0 x (2×60) = 120 kN
- Lantai 3 : 0.9 x (3×60) = 162 kN
- Lantai 2 : 0.8 x (4×60) = 192 kN
- Lantai 1 : 0.7 x (5×60) = 210 kN
Jadi, lantai paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN saja, tidak perlu sebesar 5×60 = 300 kN.
Dasar dari pengambilkan reduksi ini adalah bahwa kecil kemungkinan suatu kolom dibebani penuh oleh beban hidup di setiap lantai. Pada contoh di atas, bisa dikatakan bahwa kecil kemungkinan kolom tersebut menerima beban hidup 60 kN pada setiap lantai pada waktu yang bersamaan. Sehingga beban kumulatif tersebut boleh direduksi.
Catatan: Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi pembebanan, misalnya 1.2D + 1.6L.

D. Gaya Dalam

1. Gaya dalam yang diambil untuk desain harus sesuai dengan pengelompokan kolom apakah termasuk kolom bergoyang atau tak bergoyang, apakah termasuk kolom pendek atau kolom langsing.
2. Perbesaran momen (orde kesatu), dan analisis P-Delta (orde kedua) juga harus dipertimbangkan untuk menentukan gaya dalam.

C. Detailing Kolom Beton

Untuk detailing, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Ukuran penampang kolom.
Untuk kolom yang memikul gempa, ukuran kolom yang terkecil tidak boleh kurang dari 300 mm. Perbandingan dimensi kolom yang terkecil terhadap arah tegak lurusnya tidak boleh kurang dari 0.4. Misalnya kolom persegi dengan ukuran terkecil 300mm, maka ukuran arah tegak lurusnya harus tidak lebih dari 300/0.4 = 750 mm.
2. Rasio tulangan tidak boleh kurang dari 0.01 (1%) dan tidak boleh lebih dari 0.08 (8%). Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksiumumnya adalah 6%. Kadang di dalam prakteknya, tulangan terpasang kurang dari minimum, misalnya 4D13 untuk kolom ukuran 250×250 (rasio 0.85%). Asalkan beban maksimumnya berada jauh di bawah kapasitas penampang sih, oke-oke saja. Tapi kalau memang itu kondisinya, mengubah ukuran kolom menjadi 200×200 dengan 4D13 (r = 1.33%) kami rasa lebih ekonomis. Yang penting semua persyaratan kekuatan dan kenyamanan masih terpenuhi.
3. Tebal selimut beton adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama dengan 200 mm atau lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih besar dari 200 mm. d adalah ukuran penampang dikurangi tebal selimut. d adalah jarak antara serat terluar beton yang mengalami tekan terhadap titik pusat tulangan yang mengalami tarik. Misalnya kolom ukuran 300 x 300 mm, tebal selimut (ke titik berat tulangan utama) adalah 50 mm, maka d = 300-50 = 250 mm.
Catatan:
- toleransi 10 mm artinya selimut beton boleh berkurang sejauh 10 atau 12 mm akibat pergeseran tulangan sewaktu pemasangan besi tulangan. Tetapi toleransi tersebut tidak boleh sengaja dilakukan, misanya dengan memasang “tahu beton” untuk selimut setebal 30 mm.
- Adukan plesteran dan finishing tidak termasuk selimut beton, karena adukan dan finishing tersebut sewaktu-waktu dapat dengan mudah keropos baik disengaja atau tidak disengaja.
4. Pipa, saluran, atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton (tidak reaktif) boleh ditanam di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4% luas bersih penampang kolom, dan pipa/saluran/selubung tersebut harus ditanam di dalam inti beton (di dalam sengkang/ties/begel), bukan di selimut beton.
Pipa aluminium tidak boleh ditanam, kecuali diberi lapisan pelindung. Aluminium dapat bereaksi dengan beton dan besi tulangan.



5. Spasi (jarak bersih) antar tulangan sepanjang sisi sengkang tidak boleh lebih dari 150 mm.



6. Sengkang/ties/begel adalah elemen penting pada kolom terutama pada daerah pertemuan balok-kolom dalam menahan beban gempa. Pemasangan sengkang harus benar-benar sesuai dengan yang disyaratkan oleh SNI.
Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan/megikat tulangan utama dan inti beton tidak “berhamburan” sewaktu menerima gaya aksial yang sangat besar ketika gempa terjadi, sehingga kolom dapat mengembangkan tahanannya hingga batas maksimal (misalnya tulangan mulai leleh atau beton mencapai tegangan 0.85fc’)
7. Transfer beban aksial pada struktur lantai yang mutunya berbeda.
Pada high-rise building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton yang berbeda. Misalnya pelat lantai menggunakan fc’25 MPa, dan kolom fc’40 MPa. Pada saat pelaksanaan (pengecoran lantai), bagian kolom yang berpotongan (intersection) dengan lantai tentu akan dicor sesuai mutu beton pelat lantai (25 MPa). Daerah intersection ini harus dicek terhadap beban aksial di atasnya. Tidak jarang di daerah ini diperlukan tambahan tulangan untuk mengakomodiasi kekuatan akibat mutu beton yang berbeda.



http://duniatekniksipil.web.id

Soft Story Alias Si Lantai Lunak

Soft story adalah istilah yang sering digunakan dalam pembahasan tentang struktur gedung tahan gempa. Soft story kalo diterjemahkan mentah-mentah ya artinya lantai lunak. Maksudnya? Apakah berarti ada juga istilah Hard Story? Hehehe… Sekedar analogi, kita bisa misalkan gedung bertingkat sebagai lapisan-lapisan batu bata yang ditumpuk di atas sebuah meja. Tiap lapisan batu bata merepresentasikan lantai gedung. Sementara itu ada tumpukan batu bata lain. Tapi di tengah-tengah tumpukan tersebut, ada satu lapisan yang batu batanya mempunyai rongga yang cukup besar di dalamnya.


ilustrasi soft-story


Sekarang, misalkan kita guncang meja tersebut ke arah horizontal secara acak dan bolak balik. Dengan goncangan yang sama, ternyata kedua tumpukan batu mempunyai perilaku yang berbeda. Tumpukan pertama bisa saja masih bertahan selama goncangan berlangsung. Akan tetapi tumpukan kedua sudah runtuh akibat lapisan batu bata “palsu” yang ada di tengah-tengah tadi yang tidak kuat menahan gaya dorong “fiktif” yang bekerja secara lateral dan bolak balik.

Lapisan batu bata lunak ini bisa direpresentatifkan sebagai soft story. Jika lapisan lunak ini berada di lantai paling atas, tentu bukan masalah. Justru yang jadi masalah adalah kalau lantai lunak ini berada pada lapisan atau lantai yang paling bawah. Dan.. kenyataannya memang seperti ini yang banyak dijumpai di lapangan. Mengapa demikian?

Berikut ini kami coba berikan dua contoh faktor yang menyebabkan keruntuhan karena pengaruh soft story.

A. Kekakuan Dinding Bata Diabaikan.
Gedung-gedung tinggi yang bertipe gedung perkantoran, hotel, atau apartemen, khususnya di kota-kota besar, pada umumnya mempunyai lobi yang berada di lantai dasar atau lantai ground. Ciri-ciri lantai lobi adalah :
- Tinggi antar lantainya biasanya lebih besar daripada lantai tipikal di atasnya. Arsitek biasanya menginginkan hal ini agar ruangan lobi terlihat lebih besar, luas, dan megah.
- Karena ingin luas, maka di lantai lobi, penggunaan dinding bata relatif lebih sedikit daripada di lantai-lantai atas yang memang membutuhkan dinding-dinding sekat antar ruangan.


Lantai lunak akibat bukaan yang lebih banyak


Akibatnya, seperti yang terlihat pada gambar di atas, lantai paling bawah menjadi lantai yang paling lunak (kurang kaku) dibandingkan lantai di atasnya. Salah satu solusinya adalah menambah ukuran kolom sebesar mungkin sehingga bisa mengimbangi kekakuan-kekakuan lantai di atasnya.

B. Kekeliruan Antara Desain dan Pelaksanaan


Tumpuan didesain sebagai jepit



Kenyataannya, tumpuan berperilaku sendi

Contoh di atas adalah contoh kasus yang sepele namun dampaknya luar biasa. Tumpuannya didesain jepit, akan tetapi pada pelaksanaannya, justru tumpuan tersebut berperilaku sendi.

Kenapa sih tumpuan itu bisa sendi? Ada beberapa penyebabnya, antara lain:

1. Tidak ada yang mentransfer momen dari kolom ke pondasi.
Ketika menentukan sebuah tumpuan itu adalah jepit, maka perlu diperhatikan bahwa akan ada momen lentur di kaki kolom (tumpuan), dan.. harus ada yang bisa mentransfer momen tersebut ke pondasi dan terus ke tanah. Jika pondasinya tipe tiang (pile) baik itu pancang atau bor, setidaknya harus ada pilecap yang cukup kuat untuk menahan momen dari kolom tersebut. Jika pondasinya pondasi tapak, sebaiknya kolom tidak didesain sebagai jepit. Pondasi tapak tidak efektif dalam menahan momen lentur akibat reaksi tumpuan jepit.
2. Pondasi tidak didesain untuk menahan momen.
Kadang pondasi tapak sudah didesain untuk menahan momen, tetapi pada kenyataannya, jika ada momen yang terjadi pada pondasi, akan ada perbedaan tekanan pada tanah di daerah ujung-ujung pondasi. Akibatnya bisa terjadi perbedaan settlement. Jika ada perbedaan settlement di ujung-ujung pondasi tapak, maka akan timbul rotasi. Adanya rotasi menyebabkan perilaku jepit menjadi tidak sempurna lagi.




Rotasi pada pondasi tapak mengurangi kekuatan penjepitan


Kurang lebih 2 hal itulah yang paling banyak menyebabkan kegagalan soft-story. Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan oleh perencana?

* Lantai yang dianggap “lunak” sebaiknya kekakuan kolomnya agak dilebihkan. Berbicara kekakuan artinya kita berbicara tentang variabel E, I, dan L. Menaikkan E berarti meninggikan mutu beton, hal ini relatif jarang dilakukan jika hanya mau meningkatkan kekauan satu lantai saja. Mengurangi nilai L (tinggi antar lantai) juga sulit dilakukan karena tinggi lantai yang sudah ditentukan oleh arsitek biasanya tidak bisa diubah lagi. Yang paling mungkin adalah menambah momen inersia, I, yaitu dengan memperbesar ukuran kolom. Hal ini memang membutuhkan koordinasi dengan pihak arsitek.
* Yang paling ideal adalah, kekakuan dinding bata juga sebaiknya dimasukkan ke dalam perhitungan. Akan tetapi di Indonesia khususnya, belum ada pedoman mengenai hal ini, apalagi dalam perencanaan bangunan tahan gempa. Sebenarnya boleh saja kita tidak memasukkan kekauan dinding bata ke dalam perhitungan, akan tetapi hal ini berarti dalam pelaksanaannya nanti dinding bata tersebut harus “terlepas” (tidak diikat) dari struktur utama. Hal ini tentu sangat berbahaya karena dinding tersebut sewaktu-watu bisa rubuh dan menimpa orang yang ada di dekatnya.
* Jika pondasinya tidak didesain untuk menahan momen, sebaiknya tidak menggunakan tumpuan jepit.[]

http://duniatekniksipil.web.id

menghitung RAB bangunan 2 lt.

IV. PEKERJAAN BETON.

1. Pekerjaan Sloof

a. Sloof Praktis 15/20

Panjang sloof = (15 + 1,5(4))+(2 + 1,5 + 2)= 26,5 m

Volume = 26,5 x 0,15 x 0,2 = 0,8 m3

Kerena beton nonstruktur gunakan setiap 1 m3 membutuhkan beton 150 kg

b. Sloof Utama 15/20

Panjang Sloof = (7+2+5+7+7+5)+(10+3,5+4+3+13) = 66,5 meter

Volume = 66,5 x 0,15 x 0,2 = 2 m3

Kerena beton struktur gunakan setiap 1 m3 membutuhkan beton 200 kg

2. Pekerjaan Balok Utama dan Ring Balk

a. Ring Balk (15/15)

Panjang =(15 + 1,5 + 1,5 + 1,5 + 1,5 + 1,5 + 2 + 2) = 26,5 meter

Volume = 0,15 x 0,15 x 26,5 = 0,6 m3

Kerena beton nonstruktur gunakan setiap 1 m3 membutuhkan beton 150 kg

b. Balok 15/30

Panjang = 7+4+7+4+7+2 = 31 meter, Volume= 0,15×0,3×31 = 1,4 m3

c. Balok 15/20

Panjang = 10+5 = 15 meter, Volume = 0,15×0,2×15 = 0,45 m3

d. Balok 18/40

Panjang = 5 meter, Volume = 0,18×0,4×5 = 0,36 m3

Kerena beton struktur gunakan setiap 1 m3 membutuhkan beton 200 kg

3. Pekerjaan Kolom Utama & Praktis

a. Kolom Praktis 15/15

Tinggi Kolom diambil rata-rata = 3,5 meter, jumlah kolom = 14 bh

Volume = 0,15×0,15×3,5×14 = 1,1 m3

Kerena beton nonstruktur gunakan setiap 1 m3 membutuhkan beton 150 kg

b. Kolom Utama 20/20

Tinggi Kolom = 3,5 + 0,55 = 4,05 m (0,55 dari 0,6-0,05 lihat gambar fondasi)

Jumlah = 17 buah, Volume = 0,2×0,2×4,05×17 = 2,75 m3

Kerena beton struktur gunakan setiap 1 m3 membutuhkan beton 200 kg

V. PEKERJAAN PASANGAN BATA

1. Pasangan Trasram 1:3

Pasangan Trasram adalah pasangan bata di atas sloof setinggi minimal 30 cm, yang berfungsi agar air tanah tidak naik ke dinding bata.

Panjang = (8,5+1,5+5+1,5+2+3+3+4+5+15+2+1,5+5,5+4+3+15 – lebar pintu

= 79,50 – (0,8×3)+(0,9×3)+(1,6) = 72,8 meter

Luas Pasangan Bata trasram = 72,8 x 0,3 = 21,84 m2

2. Pasangan Dinding Bata Kamar Mandi 1:3

Pasangan Bata kamar mandi menggunakan spesi campuran 1:3 Agar air tidak merebes melalui dinding.

Kamar Mandi Pembantu

Panjang dinding = 1,5 x 4 = 6 m

Tinggi dinding = 3,5 m

Luas = 6 x 3,5 = 21 m2

Luas pintu kamar mandi = 0,8 x 2,1 = 1,68 m2

Luas Boven list = 0,6 x 0,4 = 0,24 m2

Luas Bersih = 21 – 1,68 – 0,24 = 19,08 m2

Kamar Mandi Utama

Panjang dinding = (2×2)+(1,5×2) = 7 meter

Tinggi Dinding = 3,5 meter

Luas = 7 x 3,5 = 24,5 m2

Luas Pintu = 1,68 m2

Luas BV = 0,24 m2

Luas Bersih = 24,5 – 1,68 – 0,24 = 22,58 m2

Total luas pasangan dinding kamar mandi = 19,08 + 22,58 = 41,66 m2

3. Pasangan dinding bata campuran 1 Pasir : 6 PC

Panjang dinding = 8,5+1,5+5+2+3+3+5+5+15+2+3,5+4+4+3+15= 79,5 meter

Tinggi dinding = 3,5 m

Luas dinding = 79,5 x 3,5 = 278,25 m2

Luas Pintu dan Jendela :

Pintu Jendela Ruang Utama : (0,7 x 2) x 4 + (0,8 x 2,6) x 2 = 9,76 m2

Jendela kamar tidur =(0,7×2)= 1,4 m2

Pintu Kamar tidur = (0,9 x 2,6) x 3 = 7,02 m2

Total Luas Pintu dan Jendela = 9,76 + 1,4 + 7,02 = 18,18 m2

Luas dinding bersih = 278,25 – 18,18 = 260,07 m2

(campuran 1 Pasir : 6 PC tidak mengikat dapat menggunakan perbandingan yang

lain)


VI. PEKERJAAN PLESTERAN DINDING

1. Plesteran dinding 1 PC : 3 Pasir

Plesteran digunakan didaerah yang sering terkena air, yaitu plesteran kamar mandi dan plesteran di trasram Luas Plesteran adalah luas pasangan bata dikali dua.

Luas Pasangan Bata = 21,8 + 41,66 = 63,46 m2

2. Plesteran dinding 1 PC : 6 Pasir

Luas dinding bata = 260,07 m2

Luas Plesteran dinding = 260,07 x 2 = 520,14 m2

VII. PEKERJAAN PASANGAN KERAMIK

1. Keramik dinding

a. Kamar mandi Pembantu

Tinggi pasangan Keramik = 2 meter ( tinggi sesuai selera)

Panjang dinding = 6 meter (lihat Pasanga bata kamar mandi Pembantu)

Luas dinding = 6 x 2 = 12 m2

Luas Pintu = 1,68 m2

Maka luas pasangan keramik dinding = 12 – 1,68 = 10,32 m2

b. Kamar mandi Utama

Tinggi pasangan Keramik = 2 meter

Panjang dinding = 7 meter

Luas dinding = 7 x 2 = 14m2

Luas Pintu = 1,68 m2

Maka Luas Pasangan keramik dinding = 14 – 1,68 = 12,32 m2

2. Keramik Lantai

a. Keramik kamar mandi

Luas = (1,5×1,5) + (2×1,5) = 5,5 m2

b. Keramik Lantai

Dapur = 2 x 4,5 = 9 m2

K tidur Utama = 5 x 3 = 15 m2

Depan KM pembantu = 1 x 1,5 = 1,5 m2

R Keluarga = (1×3)+(4×5) = 23 m2

R Tamu = 3 x 5 = 15 m2

Teras = 2 x 1,5 = 3 m2

Jumlah Luas keramik lantai = 66,5 m2

3. Keramik Tangga

Antrade

Lebar tangga = 0,8 meter

Panjang tangga bawah = 2,7 m

Luas = 0,8 x 2,7 = 2,16 m2

Bordes = 0,8 x 0,8 = 0,64 m2

Tangga atas = 0,8 x 2,1 = 1,68 m2

Optrade

Tangga bawah = (0,2 x 10) x 0,8 = 1,6 m2

Tangga Atas = (0,2 x 8 ) x 0,8 = 1,28 m2

Total Luas keramik Tangga = 2,16+0,64+1,68+1,6+1,28= 7,34 m2